Menyelami Kearifan Lokal: Festival Warisan Budaya Tak Benda di Payakumbuh

Mahasiswa PMM 3 ISI Padangpanjang melakukan kegiatan Modul Nusantara pada hari Sabtu tanggal 14 Oktober 2023. Pada destinasi ketiga ini, kita mengunjungi sebuah festival budaya yang berada di Payakumbuh. Di sini kita belajar dan mempelajari berbagai budaya yang ada di Sumatera Barat, dari apa yang disebut Pacu Jawi, Pacu Itiak, dan juga mencicipi berbagai makanan khas dari berbagai daerah di Sumatera Barat.

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan kekayaan budaya dan kuliner tradisional. Melestarikan budaya lokal dan kuliner tradisional di daerah ini memiliki sejumlah alasan penting yang berkaitan dengan identitas, keberlanjutan, dan pembangunan ekonomi masyarakat.

Melalui Festival Warisan Budaya Tak Benda dengan kearifan lokal dan kuliner tradisional juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi masyarakat. Dalam acara seperti Festival Warisan Budaya di Payakumbuh, promosi budaya dan kuliner lokal dapat meningkatkan pariwisata, menciptakan peluang usaha, dan mendukung ekonomi lokal. Ini dapat membantu masyarakat setempat untuk mendapatkan penghasilan dan meningkatkan taraf hidup.

Di sana, kita juga melihat salah satu tradisi ekstrem yang menggugah adrenanlin, yang dinamakan Pacu Jawi. Pacu Jawi dalah tradisi adu kecepatan yang menghadirkan sapi yang

dipasangi sebuah alat di atasnya, yang digunakan untuk pegangan joki di belakang, dan dihias dengan gaya tradisional. Sapi ini diikatkan pada tandu bambu dan pegangan di belakangnya untuk joki. Kemudian, seorang “pawang” atau pemilik Sapi akan berada di belakang sapi ini dan berusaha menggiring sapinya untuk mencapai garis finish yang berjarak sekitar 100 hingga 250 meter.

Di sana kita diberikan kesempatan untuk mencoba tradisi ekstrem ini, dengan dua perwakilan dari anak PMM yaitu, Saudara Alex dan IKI. Mereka menjajal tradisi ekstrem ini secara sukarela. Dengan pengawasan dari ahli dan pawang profesional, mereka diajarkan bagaimana cara menjadi pawang ahli dan joki Pacu Jawi. Tidak hanya materi yang kita dapat, kita juga mendapatkan pengalaman langsung atau praktik lapangan dengan mencoba memacu sapi secara langsung. Dengan tidak dipungut biaya, bahkan sudah disediakan alat dan pakaian yang telah disiapkan oleh panitia.

Sumatera Barat juga, menjadi salah satu provinsi yang kaya akan kekayaan budaya dan kuliner tradisional, menawarkan sejumlah hidangan khas yang menggoda selera. Dalam festival ini, pengunjung dapat menjelajahi dan menikmati beragam makanan tradisional dari berbagai daerah di Sumatera Barat, yang mencerminkan keanekaragaman budaya dan kekayaan kuliner daerah ini. Semua makanan itu dapat dinikmati secara gratis, dan kalaupun ingin dibawa pulang juga diperbolehkan. Tapi tentunya dengan secukupnya. Tidak hanya terdapat makanan khas ada pula cinderamata khas dari setiap daerah di Sumatera Barat.

Pada Festival Warisan Budaya Tak Benda ini, terdapat salah satu hidangan yang mencolok mana para pengunjung, yaitu “toek mentawai”. Sebuah hidangan unik yang berasal dari Mentawai, sebuah kepulauan di lepas pantai Sumatera Barat. Toek cacing mentawai adalah makanan ekstrem, yang mana cacing disantap secara langsung dan jika ingin sedikit rasa pedas, bisa dinikmati dengan sambal. Dengan bahan dasar sambal dari bawang putih dan cabe hijau, yang dilarutkan di air dan ditambah sedikit garam.

Beberapa anak PMM ada yang mencoba, demi memenuhi rasa penasaran mereka. ”Cacing ini diambil dari batang kayu yang direndam di aliran sungai” ujar salah satu penjaga stand. Kayu yang digunakan tidak sembarangan, tentunya kayu khusus yang memang digunakan untuk cacing ini. Dalam acara Festival Warisan Budaya, pengunjung dapat mencicipi kelezatan toek cacing mentawai dan merasakan rasa khas dari Mentawai.