Jejak Sejarah Terbuka: Pameran Manuskrip Tuanku Imam Bonjol

14 Oktober 2023. Dalam sebuah inisiatif bersejarah yang menginspirasi, mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM3) ISI Padangpanjang mengunjungi pameran manuskrip yang menyoroti warisan budaya luar biasa dari pahlawan nasional, Tuanku Imam Bonjol. Acara “Jejak Sejarah Terbuka” ini tidak hanya menjadi perjalanan visual melalui zaman yang berbeda, tetapi juga sebuah upaya untuk merawat dan menghormati warisan budaya yang tak ternilai.

Nufal, Pembimbing PMM3, menceritakan bahwa pameran naskah kuno (manuskrip) yang bertemakan Naskah Tuanku Imam Bonjol, merupakan salah satu rangkaian acara dari Festival Warisan Budaya Tak Benda yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, di GOR Serba Guna M Yamin, Kota Payakumbuh.

Selanjutnya, pameran naskah ini menampilkan berbagai koleksi naskah Minangkabau yang telah ditetapkan sebagai Memori Kolektif Nasional oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, khususnya naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol (TIB). Naskah TIB merupakan naskah yang diyakini ditulis langsung oleh Tuanku Imam Bonjol (1772 – 1864) dan putranya Naali Sutan Caniago pada masa pengasingannya di Manado.

Disampaikan juga, naskah kuno (manuskrip) ini didapat dari seluruh wilayah Sumatera Barat, kecuali Mentawai. Naskah kuno ini tersebar di surau-sarau di wilayah Minangkabau. Selain dari surau naskah ini juga terdapat di beberapa rumah gadang. Namun ada juga naskah yang didapat dari keluarga keturunan Tuanku Imam Bonjol.

“Ada beberapa naskah yang didapat dari keturunan langsung Tuanku Imam Bonjol. Namun dari semua keturunan Tuanku Imam Bonjol tidak semua mau untuk menyerahkan naskah itu untuk dirawat oleh kami” ujar salah satu panitia pameran tersebut, jelasnya

Naskah-naskah yang dikumpulkan, tidak semuanya dalam kondisi baik. Ada beberapa naskah yang sudah dalam kondisi yang tidak bisa dibaca. Namun naskah-naskah tersebut mendapat beberapa perawatan sehingga dapat dibaca kembali.

Manfaat dari pameran ini meluas tidak hanya ke dalam kelas, tetapi juga ke masyarakat umum. Pertama-tama, pameran ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendalami sejarah lokal dan mengasah keterampilan kuratorial serta presentasi mereka.

Kedua, pameran ini menjadi medium edukatif yang mengajak masyarakat untuk menggali dan merayakan bagian dari sejarah yang mungkin terabaikan.

Selanjutnya, pameran ini bukan hanya tentang memahami masa lalu, tetapi juga tentang membangun penghargaan terhadap nilai-nilai keberanian, keadilan, dan ketabahan yang dicontohkan oleh Tuanku Imam Bonjol. Melalui eksplorasi ini, mahasiswa berkontribusi pada pelestarian warisan budaya dan memupuk semangat cinta tanah air.

 

 

Seluruh mahasiswa PMM 3 ISI Padangpanjang dan peserta Dharmasiswa terlihat antusias saat melihat naskah-naskah dan barang lain yang dipamerkan di pameran tersebut. Hal itu dapat dilihat dari mereka yang sangat antusias untuk berfoto dengan naskah kuno tersebut.

Diinformasikan, bahwa pameran yang dilaksanakan tanggal 12 – 17 Oktober ini bisa dikunjungi tanpa dipungut bayaran alias gratis. Selain pameran naskah, di lokasi pameran, pengunjung juga bisa belajar membatik secara tradisional langsung dari pembatik. Namun sayangnya ketika kami mengunjungi pameran naskah kuno (manuskrip) ini, para pembatik yang ada di pameran ini sudah beranjak dari tempatnya, sehingga kami tidak dapat merasakan bagaimana sensasi membatik secara tradisional.