Ota Rabu Malam (ORM): Memperkenalkan Musik Tradisi Minangkabau sebagai Sumber Inspirasi Musik Baru

Padangpanjang,  11 Oktober 2023, Panggung Seni Karawitan menjadi saksi pelaksanaan Ota Rabu Malam (ORM) yang digelar dengan penuh semangat. Pukul 20.00 WIB, acara dimulai dengan antusiasme yang tinggi dan berlangsung hingga selesai. Agenda rutin ORM kali ini membawa tema yang menarik perhatian banyak orang, yaitu “Talago Buni: Musik Tradisi Minangkabau sebagai Inspirasi Musik Baru.”

Sebagai rangkaian acara ini, dua komposer dari Komunitas Seni Talago Buni, M Halim dan Susandrajaya, hadir sebagai narasumber utama. Diskusi dipandu oleh moderator yang handal, Bustanul Arifin, yang akrab disapa Sutaik. Tema yang diangkat bukanlah hal yang dipilih secara sembarangan, melainkan melalui kurasi dan pertimbangan matang. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan mahasiswa Prodi Seni Karawitan bekal yang kuat dalam pengembangan karya musik baru. Topik ini dipilih karena Grop Talago Buni sudah mempunyai pengalaman hampir 25 tahun berkiprah menjadi pelaku utama dalam misi budaya, baik di tingkat nasional maupun internasional, serta mempromosikan keunikan konsep musik Minangkabau dalam seni pertunjukkan.

Inisiatif ini adalah salah satu dari banyak kegiatan rutin yang diusung oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Karawitan, yang diketuai oleh Taufik Hidayat dan struktur organisasinya. Mereka berusaha menjaga agar program-program yang mereka selenggarakan dapat terus berjalan, memberikan wawasan, dan pengetahuan tentang seni budaya kepada mahasiswa Prodi Seni Karawitan.

Dalam sambutannya, Dr. Asep Saepul Haris, S.Sn., M.Sn.,sebagai Ketua Program Studi Seni Karawitan membuka ORM dengan penuh semangat. Dia mengungkapkan bahwa ORM adalah ajang yang sangat penting bagi mahasiswa. Ini adalah modal berharga untuk meningkatkan kemampuan akademik dan kecintaan terhadap seni. Beliau berharap bahwa modal ini akan membawa lulusan Prodi Seni Karawitan untuk selalu berada di garis depan dalam dunia seni, siap berkiprah di tengah masyarakat dalam berbagai situasi.

Bustanul Arifin, yang juga merupakan alumni Karawitan, menggiring diskusi dengan apik dan menarik. Susandrajaya, salah satu komposer Talago Buni, berbicara tentang sejarah singkat berdirinya grup musik kontemporer Minangkabau ini. Talago Buni didirikan pada tahun 1998yang didirikan oleh Edy Utama sekaligus sebagai Artistik Direktur, eksistensi group ini  bertujuan dalam upaya merumuskan “musik baru” berdasarkan budaya musik Minangkabau. Gagasan ini adalah respon kreatif terhadap situasi budaya masyarakat Minangkabau. Mereka berusaha membangun kreativitas dalam upaya memperbarui budaya lokal sebagai modal kultural dalam mengembangkan tradisi musik Minangkabau secara berkelanjutan. Sejak itu, eksistensi Talago Buni telah memberikan kontribusi besar terhadap pergerakan musik tradisional Minangkabau.

Sebagai narasumber pertama, Susandrajaya juga berbagi kekagumannya ketika Talago Buni diundang untuk tampil di Berlin Philharmonic dan Elbphilharmonie Hamburg di Jerman. Musik kontemporer Minangkabau yang mereka bawakan mengesankan penonton hingga tepukan meriah tak henti-hentinya bergema setelah pertunjukan.

Narasumber kedua, M Halim yang akrab disapa Mak Lenggang, adalah seorang komposer handal Talago Buni. Dia membahas strategi penggunaan repertoar musik tradisional sebagai inspirasi untuk karya-karya baru yang menarik. Beberapa karya seperti Bakutiko, Sikudarang, dan Galuik Sampelong dijadikan contoh bagaimana pengembangan dan pembaharuan melibatkan birama, melodi, dan pemilihan instrumen, menciptakan karya-karya yang segar dan penuh inovasi. M Halim juga menekankan bahwa kekuatan musik Minangkabau berasal dari vokal atau dendang, sehingga karya-karya Talago Buni lebih menitikberatkan pada elemen tersebut.

Setelah presentasi dari kedua narasumber, sesi diskusi dimulai, di mana peserta aktif bertanya tentang strategi penggarapan, pengembangan instrumen, dan gagasan menarik dalam pengembangan musik dan budaya. Diskusi berjalan dengan penuh semangat dan ide-ide segar bermunculan, menggambarkan komitmen untuk lebih memahami konsep musik tradisional, baik dalam pemahaman tekstual maupun kontekstual. Dengan demikian, ORM minggu ini memberikan dorongan besar dalam menjadikan mahasiswa dan civitas akademik lebih serius dan berdedikasi dalam memahami konsep musik tradisional serta budaya lokal, sehingga dapat mengembangkannya secara berkelanjutan.