Tatang RM di Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XIX

Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara (SIPN) merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). Kegiatan ini bertujuan untuk mewadahi para sarjana dalam negeri maupun luar negeri melakukan diskusi mengenai temuan-temuan di bidang pernaskahan Indonesia. “Mulai dari peneliti yang junior sampai yang senior ada disini, ini adalah ajang yang sangat baik untuk saling berbagai ilmu dan berbagi pengalaman”, ucap Ketua Manassa, Dr. Munawar Holil, S.S., M.Hum. dalam acara Pembukaan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara (SIPN) XIX. Penyelenggaraan Tahun ini yg mendapat Mandat melaksanakannya yakni FIB UGM Yogyakarta, yg diselenggarakan dari tgl 7-9 Agustus 2023. Pelaksanaan Kegiatan Simposium ini Terselenggara dengan Kerjasama antara Pelaksanaan Panitia dgn beberapa Lembaga negara terkait yakni Kemendikbudristek, Kemenenterian Agama, BRIN, Perpustakaan Nasional dll

Salah satu dosen kita Tatang Rusmana, S.Sn., M.Sn, lolos sebagai pemakalah pada Sesi I dengan Subtema Isu – Isu Filologi  Mutakhir di Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara (SIPN) XIX. Tatang berharap adanya SIPN XIX akan memotivasi para sarjana dari dalam dan luar negeri supaya dapat mendiskusikan temuan-temuan terbaru di bidang pernaskahan di Indonesia, yang memiliki peluang untuk berkontribusi dalam menepis ancaman kontemporer.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa ” Berpijak dari Simposium pernaskahan nusantara, bahwa karya sastra nusantara harus mampu lebih dikenal di dunia luar”. Karena karya sastra nusantara ini cukup kaya di Indonesia. Dimana telah ada dan ditulis oleh para empu, pujangga, bahkan lingkungan pondok pesantren sejak abad ke 15 di nusantara. Slama ini kita hanya mempopulerkan Babad atau cerita Mahabarata dan Ramayana, yg notabene warisan Hindu India Selatan. Padahal Nusantara masih memiliki (I Laga Ligo: Sulsel, Kaba: Sumbar, Babad Cirebon, Babad tanah Jawa, Negara Kertagama dll) namun di mata Dunia kurang dikenal. Berbeda dgn The King Of Oidipus dari Yunani kuno sejak 250 thn S.M. hingga kini dikenal di dunia. Naskah Satra Nusantara harus bisa dikenal dunia ungkapnya. (rilis)