Suksesnya Ujian Terbuka, Dr.Eva

Suksesnya ujian terbuka/ promosi doktor  dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang  dalam meraih gelar doktor Kajian Budaya di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud, Selasa, 25 Juli 2023 di kampus setempat. Ujian promosi doktor dilaksanakan secara hibrid dan disiarkan di kanal youtube . Eva Riyanti, S. Sn, M.Si., dinyatakan lulus setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Representasi Budaya Patriarki dalam Tari Legong Lanang di Kota Denpasar”, dengan dengan predikat ‘sangat memuaskan’.

Tim penguji terdiri atas Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (Ketua), Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. (Promotor), Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M. Hum. (Kopromotor I), Dr. I Gst. Ayu Agung Mas Triadnyani, S.S., (Kopromotor II), Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati., S.ST., M.Si., Dr. I Wayan Suwena, M. Hum., Dr. Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, S.S., M.Si.

Rektor ISI Padang Panjang Dr. Febri Yulika, S.Ag. M. Hum. dan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padang Panjang Dr. Irwan S.Pd., M.Pd turut memberikan support dan hadir padaujian terbuka/ promosi doktor Eva Riyanti.

Ujian promosi doktor sangat menarik karena diwarnai dengan peragaan promovenda menarikan tari Legong Keraton, dan peragaan penari laki-laki dari ISI Denpasar menarikan bagian dari Legong Keraton. Penampilan mereka mendapat sambutan dari hadirin.

Eva Riyanti menjelaskan sebuah perubahan penting dalam praktik tarian Tari legong. Perkembangan dalam sejarah Tari Legong Keraton yang biasanya ditarikan oleh penari perempuan, belakangan juga ditarikan oleh penari laki-laki. Lanang dalam bahasa Bali berarti ‘laki-laki’.

Keunikan Tari Legong Lanang adalah pertunjukan yang ditarikan oleh tiga penari laki-lakidengan kemampuan dan keterampilan penari laki-laki Tari Legong Lanang dalam melakukan gerak yang dibawakan perempuan.

Rektor Febri Yulika melihat fenomena tari lintas gender itu dalam konteks budaya setempat. Kalau di masyarakat Bali yang patrilineal ada fenomena tari yang identik dengan penari perempuan ditarikan oleh penari laki-laki, maka di daerah Minang yang matrilineal juga menarik dilihat bagaimana kalau tarian laki-laki yaitu Tari Randai jika dibawakan oleh perempuan.

“Alangkah komprehensifnya kalau fenomena tari di Minang dan di Bali bisa dibandingkan,.” ujar Rektor Febri, sembari menambahkan bahwa ini adalah pertama kalinya sebagai Rektor menghadiri ujian promosi doktor staf akademiknya. Kehadirannya memberikan dukungan penuh kepada calon doktor.

Selanjutnya, dalam sambutan Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., sebagai promotor ujian akhir ini, memuji kerja keras Eva dalam riset dan menyelesaikan studinya. Sebagai mahasiswa yang juga menyelesaikan pendidikan jenjang S1 nya di ISI Denpasar, Eva yang dinilai memiliki modal yang cukup untuk meneliti tarian Bali.

“Yang penting sekarang adalah, bagaimana Dr. Eva bisa mengembangkan Tari Legong Lanang ini kepada penari-penari di Sumatera Barat khususnya ISI Padang Panjang,” ujar Prof. Sutji.

Terakhir, perasaan lega bercampur haru disampaikan  Dr. Eva  kepada para promotor dan dosen, Rektor ISI Padangpanjang dan jajaran serta pimpinan FIB Unud atas pendidikan yang diberikan selama menempuh studi doktor di Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud.