The Best Ensamble berhasil diperoleh ISI Padangpanjang dalam Festival Internasional Theater of University of Casablanca (FITUC)

Padang Panjang– ISI Padang Panjang kembali mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional. Penghargaan The Best Ensamble berhasil diperoleh dalam Festival Internasional Theater of University of Casablanca (FITUC). Rektor ISI Padang Panjang Prof Novesar Jamarun mengatakan, penghargaan tersebut membuktikan keunggulan ISI Padang Panjang dibanding delegasi negara lain, bahkan termasuk Perancis dan USA. “Kita berhasil meraih penghargaan ini karena di pandang sebagai tim yang paling bagus kemasan pertunjukannya,” katanya. Pertunjukan yang dihadirkan ISI Padang Panjang pada gelaran yang sudah 34 tahun dilaksanakan ini adalah randai Malin nan Kondang. Randai ini sendiri merupakan hasil pembongkaran kembali dari legenda Malin Kundang.

Hanya ada 4 negara dari 15 yang mengikuti yang mendapat penghargaan pada Festival ini. Namun rektor berharap apa yang sudah diraih tidak membuat para mahasiswa dan dosen ISI Padang Panjang sombong hingga lalai dalam meningkatkan kaulitas karya mereka. “Tantangan perkembangan seni pertunjukan masih banyak, Kita harus terus membawa pembaharuan dengan berbagai kreatifitas yang kita punya. Insyaallah pentas-pentas internasional berikutnya akan menanti kita,” katanya.

“Kami sangat berharap prestasi ini akan semakin menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang unggul dalam bidang seni pertunjukan di banding negara-nagara lainnya di dunia,” katanya. Bukan hanya itu, usai pergelaran, rektor juga berkesempatan untuk berdiskusi dengan presiden FITUC Abdel Kader Goneghai. Abdel yang juga menjabat sebagai dekan Faculty of Letters and Humanity Ben M Sik pada Hasan 2 University ini menawarkan ISI Padang Panjang untuk mengikuti kegiatan festival Video Art yang juga digelar oleh kampusnya setiap tahun. “Kami sangat mengapresiasi harapan dan dukungan dari Hasan 2 Unversity. Semoga kita bisa memnuhi berbagai tawaran dan permintaan mereka sesuai dengan jadwal yang sudah disiapkan oleh panitia tiap festival tersebut,” katanya.

Sementara itu, bersama dengan KBRI di Maroko, ISI Padang Panjang juga sudah mencapai sebuah kesepakatan terkait pendidikan kesenian terhadap diaspora Indonesia yang ada di negara tersebut. “Dengan pihak KBRI yang ada di negara Maroko kita sudah mendapat tawaran untuk mengirimkan Sumber Daya Manusia pengajar kesenian Indonesia disana. Sebab ada banyak diaspora kita yang membutuhkan pendidikan seni Indonesia. Tentu hal ini kita sambut dengan baik, namun masih akan pembicaraan lanjutan kedua belah pihak. Insyaallah kita akan sanggupi permintaan ini,” katanya.

Pertunjukan randai Malin nan Kondang sendiri sudah dipersiapkan selama 3 bulan sebelun dipentaskan. Sebelumnya, karya ini diformat dalam bentuk teater modern dan telah pula dipentaskan di sejumlah negara. (rilis)