Workshop Tari: Mengenal dan Menghayati Gerak Tari Hoerijah Adam – Ekspresi Tradisi dalam Dinamika Modern

Padangpanjang, 20 Oktober 2025 — Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang menyelenggarakan Workshop Tari Hoeridjah Adam selama dua hari, Senin hingga Selasa, 20–21 Oktober 2025. Kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran sekaligus refleksi terhadap karya-karya maestro tari Indonesia, Hoeridjah Adam, yang telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan seni tari nusantara.

Workshop yang berlangsung di Aula Fakultas Seni Pertunjukan ini resmi dibuka oleh Dekan FSP ISI Padangpanjang, Indang Giring, dan dihadiri oleh dosen serta mahasiswa Jurusan Seni Tari. Dalam sambutannya, Dekan menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai upaya pelestarian sekaligus regenerasi pengetahuan tentang tari klasik dan tradisi.

“Melalui workshop ini, mahasiswa tidak hanya belajar teknik gerak, tetapi juga memahami filosofi dan konteks budaya yang melatarbelakangi karya Hoeridjah Adam. Inilah bagian dari regenerasi seniman yang berakar kuat pada tradisi namun berpikiran maju,” ujar Indang Giring.

Ketua Program Studi Seni Tari, Yan Stevenson, M.Sn., turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Ia menilai workshop ini bukan hanya latihan teknis, tetapi juga pembentukan karakter dan sensibilitas estetika mahasiswa terhadap warisan seni bangsa.

“Karya Hoeridjah Adam memiliki nilai-nilai mendalam tentang kedisiplinan, kehalusan rasa, dan makna kebersamaan. Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin mahasiswa mengenali akar tradisi sekaligus menemukan inspirasi baru dalam penciptaan karya tari,” ungkap Yan Stevenson.

Hari pertama workshop difokuskan pada pembelajaran Tari Sapu Tangan, salah satu karya ikonik Hoeridjah Adam yang menonjolkan harmoni gerak dan koordinasi kelompok. Sesi ini dibimbing oleh Indra Utama, S.Kar., M.Hum., Ph.D, dengan pendamping Emri, S.Sn., M.Sn. dan Zulfikar Rizki Ananda, S.Sn., M.Sn..

Sementara itu, hari kedua diisi dengan pembelajaran Tari Nelayan, yang menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir dan semangat gotong royong. Materi disampaikan oleh Asnimar, S.Kar., M.Sn. dan Dra. Yarlis, M.Sn., serta didampingi oleh Wahida Wahyuni, S.St., M.Sn. dan Fattahul Anugraha, S.Sn., M.Sn.

Antusiasme peserta terlihat sejak awal hingga akhir kegiatan. Selain praktik langsung, para peserta juga berdiskusi mengenai relevansi karya Hoeridjah Adam terhadap perkembangan koreografi kontemporer.

Yan Stevenson, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung, termasuk Dekan FSP, panitia, serta para narasumber.

“Kami berharap kegiatan ini menjadi langkah berkelanjutan dalam menjaga kesinambungan pengetahuan dan semangat berkarya di bidang tari,” ujarnya.

Workshop Tari Hoeridjah Adam bertujuan menghidupkan kembali karya-karya maestro, memperkuat karakter akademik dan kreatif mahasiswa, serta menegaskan peran kampus sebagai pusat pengembangan seni tradisi dan modern di Indonesia.