UGM Gandeng ISI Padangpanjang dan KAGAMA Sumbar, Tanah Ulayat dan Seni Tradisi Jadi Sorotan

Agam, 31 Agustus 2025 – Suasana Nagari Koto Gadang VI Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, dipenuhi semangat kebersamaan ketika Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang menggelar Festival Seni dan Dialog Budaya. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang telah berjalan selama tiga tahun dengan tema “Literasi Budaya Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Rangka Melestarikan Seni dan Budaya.”

Memasuki tahun ketiga, pengabdian ini tidak hanya menghadirkan pertunjukan seni, tetapi juga menjadi ruang dialog mengenai strategi pewarisan tanah ulayat, pelestarian budaya, serta penguatan peran masyarakat dalam menjawab tantangan global.

Prof. Dr. Armaidy Armawi, pimpinan pengabdian dari Fakultas Filsafat UGM, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen akademisi dalam menjadikan nilai-nilai kearifan lokal sebagai sumber literasi budaya. “Melalui literasi budaya, kita tidak hanya melestarikan seni dan tradisi, tetapi juga menanamkan kebijaksanaan lokal yang relevan bagi generasi kini dan mendatang,” ungkapnya.

Rektor ISI Padangpanjang, Dr. Febri Yulika, S.Ag., M.Hum, menekankan pentingnya mempertahankan tanah ulayat dalam konteks adat Minangkabau. Menurutnya, tanah ulayat bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga simbol identitas dan keberlanjutan masyarakat adat. Hal ini semakin relevan dengan munculnya regulasi baru terkait kepemilikan tanah ulayat yang sedang digaungkan pemerintah.

Sementara itu, Susandrajaya, S.Sn., M.Sn, Koordinator Pusat Pengabdian kepada Masyarakat ISI Padangpanjang, memaparkan strategi pelestarian seni budaya lokal. Ia menekankan perlunya langkah adaptif melalui pelatihan, penguatan sanggar seni, hingga pemanfaatan teknologi digital agar warisan budaya tetap lestari di tengah arus modernisasi.

Festival Seni dan Dialog Budaya ini juga dimeriahkan pertunjukan gandang tansa dan penyerahan bantuan alat musik tradisional kepada SDN 12 Koto Gadang VI Koto. Penyerahan bantuan ini merupakan langkah strategis dalam menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap seni tradisi sejak dini. Bantuan ini diharapkan dapat menjadi pemicu lahirnya regenerasi seniman muda di nagari, sekaligus memperkuat fungsi sekolah sebagai ruang pendidikan berbasis kearifan lokal. Para guru dan penggiat seni setempat juga menyambut baik inisiatif ini karena dapat memperkaya materi pembelajaran serta mengintegrasikan seni tradisional dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Selain bekerjasama dengan ISI Padangpanjang, Fakultas Filsafat UGM juga menggandeng Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Sumatera Barat. Kehadiran KAGAMA memperkuat jaringan kolaborasi, dan saling menghadirkan sinergi lintas generasi antara alumni, akademisi, dan masyarakat setempat. Dengan dukungan alumni yang tersebar di berbagai bidang profesi, kegiatan ini memperoleh tambahan energi baru, baik dari segi gagasan, sumber daya, maupun jejaring sosial yang dimiliki.

Acara ini menegaskan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab seniman, melainkan sebuah gerakan kolektif yang melibatkan berbagai unsur masyarakat. Akademisi berperan menghadirkan landasan ilmiah dan pemikiran kritis, seniman menyuarakan ekspresi kreatif melalui karya, pemerintah memberikan dukungan kebijakan, sementara masyarakat menjadi penjaga utama tradisi di kehidupan sehari-hari. Sinergi lintas unsur ini menjadikan pelestarian budaya tidak sekadar aktivitas seremonial, tetapi sebuah proses berkelanjutan yang memiliki dampak nyata bagi pembangunan bangsa.

Kolaborasi UGM, ISI Padangpanjang, dan KAGAMA Sumatera Barat menunjukkan bahwa pelestarian budaya memerlukan sinergi lintas sektor agar dapat berjalan berkelanjutan dan memberikan manfaat nyata. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi jawaban atas tantangan globalisasi bahwa budaya lokal tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga dimodernisasi, dikembangkan, dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Acara ini menegaskan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab seniman, melainkan sebuah gerakan kolektif yang melibatkan berbagai unsur masyarakat. Akademisi berperan menghadirkan landasan ilmiah dan pemikiran kritis, seniman menyuarakan ekspresi kreatif melalui karya, pemerintah memberikan dukungan kebijakan, sementara masyarakat menjadi penjaga utama tradisi di kehidupan sehari-hari. Sinergi lintas unsur ini menjadikan pelestarian budaya tidak sekadar aktivitas seremonial, tetapi sebuah proses berkelanjutan yang memiliki dampak nyata bagi pembangunan bangsa. Kolaborasi UGM, ISI Padangpanjang, dan KAGAMA Sumatera Barat menunjukkan bahwa pelestarian budaya memerlukan sinergi lintas sektor agar dapat berjalan berkelanjutan dan memberikan manfaat nyata. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi jawaban atas tantangan globalisasi bahwa budaya lokal tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga dimodernisasi, dikembangkan, dan diwariskan kepada generasi mendatang.