Seni dan Tradisi Berpadu : ISI Padangpanjang di Festival Pamenan Minangkabau

PADANG PANJANG — Festival Pamenan Minangkabau digelar di pelataran Rumah Gadang Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) pada Sabtu, 26 Juli 2025. Dengan tema “Padusi di Rumah Gadang”, festival ini mengangkat peran sentral perempuan Minangkabau sebagai penjaga nilai budaya, penggerak seni, dan pewaris tradisi.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Komunitas Seni Hitam Putih, Dana Indonesiana-LPDP Kementerian Kebudayaan, dan Pemerintah Kota Padang Panjang. Festival dibuka secara resmi oleh Wali Kota Padang Panjang, Hendri Arnis, dengan simbolis penabuhan gendang, menandai semangat pelestarian budaya lokal.

Salah satu bentuk dukungan nyata terhadap pelestarian tradisi datang dari kalangan akademisi, termasuk dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Kontribusi mereka tampak dalam berbagai bentuk seperti kurasi karya, keterlibatan sebagai narasumber budaya, serta partisipasi langsung dalam pertunjukan dan pameran seni. Pada kesempatan ini, Rektor ISI Padangpanjang, Dr. Febri Yulika, menyampaikan apresiasi atas peran seni dalam memperkuat identitas dan karakter masyarakat melalui pendekatan yang inklusif dan partisipatif.

Dr. Afrizal Harun, Kaprodi Magister Humanitas Pascasarjana ISI Padangpanjang yang juga Direktur Festival Pamenan Minangkabau, menjelaskan bahwa FPM#2 menyelaraskan konsep budaya Minangkabau melalui pendekatan tiga dimensi: kata (Pamenan Kato), visual (Pamenan Mato), dan suara (Pamenan Talingo). Tahun ini, keterlibatan perempuan semakin dominan, mulai dari sutradara, koreografer, musisi hingga perupa.

Selanjutnya beberapa dosen ISI Padangpanjang yang memiliki peran strategis dalam festival ini. di antaranya:

  • Dr. (c) Kurniasih Zaitun, S.Sn., M.Sn. (Dosen Prodi Seni Teater), yang menampilkan pertunjukan puisi naratif berjudul “Padusi di Rumah Gadang” berkolaborasi dengan tari tradisional Minangkabau, menyuarakan kekuatan simbolik perempuan dalam budaya.
  • Dr. Yusril, S.S., M.Sn., Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), berperan sebagai kurator, mendukung penyusunan konsep dan narasi pertunjukan.
  • Dr. Sahrul N., S.S., M.Si., Wakil Direktur Pascasarjana, juga turut menjadi kurator, memperkuat pendekatan akademik dalam penyajian karya budaya.
  • Dr. Ali Sukri, S.Sn., M.Sn., Kaprodi Magister Terapan S-2, turut berperan sebagai kurator, memastikan kualitas artistik yang berbasis riset kebudayaan.

Acara pembukaan semakin meriah dengan pertunjukan puisi naratif “Padusi di Rumah Gadang” oleh seniman Kurniasi Zaitun, yang berkolaborasi dengan tari tradisional Minangkabau. Sementara itu, Qytara Handycraft menghadirkan peragaan busana inovatif bertajuk “Bergaya dalam Basah”, karya Desra Imelda, yang mengangkat jas hujan sebagai produk mode estetis khas Padang Panjang.

Festival yang berlangsung selama dua hari ini juga dimeriahkan oleh lebih dari 20 kelompok seni dan permainan tradisional anak nagari, seperti Komunitas Paninjauan Saiyo, Seni Pituah Aguang, Combo Band Diafora, dan Marakik Aso. Ribuan pengunjung menikmati sajian budaya yang hidup dan inklusif, membuktikan bahwa tradisi Minangkabau tetap relevan di tengah arus modernitas.

Festival ini turut didukung oleh berbagai lembaga, termasuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata, serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Panjang.

Melalui partisipasi lintas sektor dan kolaborasi bersama institusi pendidikan seni seperti ISI Padangpanjang, Festival Pamenan Minangkabau #2 menjadi ruang dialog dan ekspresi budaya yang mempertemukan masyarakat, akademisi, dan seniman dalam satu panggung budaya rakyat. Festival ini menegaskan bahwa budaya bukan hanya warisan, tapi juga masa depan.