Padang Panjang – 7 November 2025.
Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 merilis perkembangan terbaru pelaksanaan program bertema “Transformasi Seni Tradisi sebagai Katalis Pelestarian Budaya dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Berbasis Digital.” Program ini difokuskan pada revitalisasi Sanggar Seni Kincuang Sarumpun yang berada di Jorong Pua Data, Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota—sebuah sanggar tradisi yang sebelumnya mengalami masa stagnasi panjang pascapandemi.
Dipimpin oleh Dr. Nursyirwan, S.Pd., M.Sn., bersama tim dosen dan mahasiswa, PISN hadir untuk menghidupkan kembali aktivitas seni tradisi melalui pelatihan, peningkatan kapasitas anggota, pendampingan organisasi, hingga integrasi literasi digital. Serangkaian pelatihan musik tradisional dan Randai yang telah dilaksanakan berhasil membangkitkan kembali antusiasme generasi muda. Peningkatan jumlah peserta pada setiap sesi menjadi indikator bahwa ruang kreatif yang sempat terhenti kini kembali bergairah.

Dukungan masyarakat juga tumbuh signifikan. Kepala Jorong Pua Data, Fandes Trisman, secara konsisten mendampingi tim PISN di setiap sesi latihan. Wali Nagari Koto Tinggi, Insanul Rijal, turut hadir dan memberi dukungan moril kepada peserta. Bahkan anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Dodi Arestu, juga menyempatkan diri menghadiri salah satu sesi latihan dan memberikan motivasi langsung bagi anggota sanggar. Kehadiran Ketua KAN, Ninik Mamak, dan Bundo Kanduang semakin memperkuat legitimasi sosial terhadap kebangkitan Sanggar Kincuang Sarumpun.
Dari sisi tata kelola, meskipun pelatihan manajemen sanggar belum dilaksanakan secara formal, dinamika organisasi mulai menunjukkan perbaikan. Ketua sanggar, Sri Rahma Wulandari, kini lebih aktif dalam mengatur kegiatan, mengoordinasikan anggota, serta memastikan keteraturan latihan. Anggota sanggar mulai menjalankan peran sesuai kapasitas masing-masing, mulai dari menyiapkan peralatan hingga mengelola komunikasi internal. Situasi ini menandai kembalinya energi kolektif yang sebelumnya melemah.

Revitalisasi sanggar juga berdampak pada identitas sosial masyarakat. Warga kembali melihat Sanggar Kincuang Sarumpun sebagai ruang budaya yang hidup dan relevan bagi generasi muda. Bahkan, kemajuan ini mendorong beberapa jorong lain untuk mulai merencanakan reaktivasi sanggar mereka setelah melihat perkembangan positif yang terjadi.
Dalam aspek artistik, kemampuan anggota dalam memainkan alat musik tradisional dan Randai terus mengalami peningkatan. Rutinitas latihan teratur membuat teknik dasar semakin dikuasai, sementara eksplorasi aransemen dan pengembangan variasi pertunjukan mulai membuka peluang terciptanya karya-karya baru yang tetap berakar pada nilai budaya Minangkabau. Peremajaan peralatan latihan juga menjadi faktor penunjang yang memperkuat semangat berkarya.
Digitalisasi menjadi elemen penting dalam program ini. Tim PISN memberikan pendampingan terkait pembuatan konten, pengelolaan media sosial, serta pemanfaatan teknologi sebagai media publikasi seni tradisi. Akun media sosial sanggar kembali aktif dan mulai menjadi ruang dokumentasi, promosi, serta pembelajaran seni secara daring. Kehadiran konten digital membantu generasi muda mengakses materi seni tradisi lewat format yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Sebagai agenda besar yang akan datang, karya inovatif hasil pengembangan sanggar direncanakan akan ditampilkan pada peringatan Hari Bela Negara di Tugu PDRI Koto Tinggi pada 19 Desember 2025. Penampilan ini sekaligus menjadi momentum pembuktian bahwa sinergi antara perguruan tinggi, komunitas, dan masyarakat mampu menghidupkan kembali seni tradisi sebagai kekuatan budaya dan potensi ekonomi lokal.

