Di tengah dinamika transformasi digital yang semakin meluas, tantangan terbesar yang dihadapi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tidak lagi sebatas pada kemampuan produksi, melainkan bagaimana mengomunikasikan nilai produk secara efektif kepada publik melalui kanal digital. Menyikapi realitas tersebut, Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang mengambil langkah konkret melalui pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Workshop Digital Marketing Melalui Media Sosial. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Selasa, 22 Juli 2025, bertempat di Rumah BUMN Bukittinggi, dan dihadiri oleh pelaku UMKM dari Bukittinggi, Batusangkar, Kabupaten Lima Puluh Kota, serta UMKM binaan Rumah BUMN yang telah terdaftar secara resmi.

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek pengabdian masyarakat yang digagas dan dilaksanakan oleh dosen lintas program studi di ISI Padangpanjang. Dipimpin oleh Nitasri Murawaty Girsang, S.Pd., M.Si., dosen Program Studi Kewirausahaan, kegiatan ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan literasi digital di kalangan pelaku UMKM yang masih belum optimal dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana pemasaran. Dalam sambutannya, Nitasri menegaskan pentingnya keterlibatan aktif institusi pendidikan tinggi dalam mendampingi masyarakat menghadapi perubahan zaman, terutama dalam bidang ekonomi kreatif dan kewirausahaan digital. “Literasi digital bukan lagi pilihan tambahan bagi UMKM—ia adalah kebutuhan mutlak. Jika kita ingin melihat pelaku usaha kecil di daerah tumbuh dan mandiri, maka kita harus hadir memberikan pemahaman praktis, tidak hanya teori. Inilah peran kampus yang sebenarnya,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Ia juga menambahkan bahwa pendekatan edukatif yang diterapkan dalam kegiatan ini mengacu pada pengalaman empiris di lapangan. “Banyak UMKM merasa sudah ‘melek digital’ hanya karena mereka punya akun Instagram atau Facebook. Padahal, yang kita butuhkan adalah kemampuan mengelola narasi brand secara konsisten, menarik, dan berdampak. Di sinilah seni komunikasi visual dan strategi pemasaran digital harus dipadukan,” tambah Nitasri dalam pernyataannya di hadapan peserta.

Narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Muhammad Syukri Erwin, S.Ds., M.Sn., dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ISI Padangpanjang, yang telah berpengalaman sebagai praktisi branding dan konsultan kreatif bagi berbagai pelaku UMKM dan komunitas kreatif di Sumatera Barat. Dalam paparannya, Syukri menjelaskan bahwa media sosial bukan semata-mata ruang visual, tetapi medan naratif yang menghubungkan produk dengan audiens melalui cerita, konsistensi estetika, dan pemahaman terhadap perilaku konsumen digital. Ia memulai sesi dengan mengangkat persoalan umum yang sering dihadapi pelaku usaha: bagaimana membuat konten yang menarik perhatian, tanpa harus memiliki latar belakang desain atau teknologi.
“Banyak pelaku UMKM yang terlalu fokus pada jualan produk, tapi lupa bercerita tentang kenapa produk itu layak dibeli. Di media sosial, yang kita jual bukan hanya barang, tapi pengalaman, emosi, dan nilai di balik produk itu sendiri. Konten yang baik adalah konten yang punya jiwa,” ungkap Syukri dengan gaya komunikatif dan membumi. Ia kemudian memandu peserta untuk memahami prinsip-prinsip dasar visual branding, mulai dari pemilihan warna, komposisi, hingga pentingnya tone of voice yang sesuai dengan karakter brand.
Sesi pelatihan berlangsung secara interaktif. Peserta tidak hanya mendengarkan materi, tetapi diajak terlibat langsung dalam praktik membuat konten visual menggunakan aplikasi desain sederhana seperti Canva. Melalui pendekatan partisipatif, peserta diberi kesempatan untuk merancang unggahan media sosial yang relevan dengan usaha mereka masing-masing. Suasana menjadi hidup ketika peserta mulai berdiskusi tentang konten yang telah mereka buat dan mendapatkan masukan langsung dari narasumber. Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran yang sekaligus menyenangkan, karena pelaku UMKM merasa terlibat secara aktif dalam proses belajar, bukan sekadar sebagai objek pelatihan.
Antusiasme peserta terlihat dari keaktifan mereka dalam sesi tanya jawab. Beberapa mengungkapkan bahwa selama ini mereka merasa kesulitan dalam menjaga konsistensi unggahan, memahami jam tayang yang optimal, atau bagaimana memanfaatkan fitur-fitur terbaru seperti Instagram Reels dan Facebook Ads. Narasumber memberikan respons yang solutif dan realistis, tanpa menggurui, melainkan memberdayakan peserta agar lebih percaya diri dalam mengambil keputusan pemasaran digital.
Keberhasilan workshop ini tidak hanya terletak pada materi yang disampaikan, melainkan pada pendekatan kontekstual yang digunakan oleh para dosen ISI Padangpanjang. Kolaborasi lintas prodi—antara kewirausahaan dan desain komunikasi visual—membuktikan bahwa dunia akademik dapat bersinergi untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara nyata. Konvergensi ilmu yang biasanya terkotak-kotak di ruang kelas, dalam kegiatan ini menjelma menjadi energi pengabdian yang membumi dan berdampak.
Pada akhir kegiatan, peserta diminta mengisi evaluasi pelatihan dan menyampaikan harapan mereka ke depan. Banyak yang berharap agar kegiatan semacam ini dapat dilakukan secara berkala, bahkan beberapa peserta menyatakan kesediaan untuk terlibat dalam program inkubasi atau pendampingan lanjutan yang dikelola oleh kampus. “Kami ingin belajar lebih lanjut, bukan hanya sehari. Kalau bisa ada bimbingan membuat logo, desain kemasan, bahkan strategi promosi,” ujar salah satu peserta yang berasal dari UMKM kuliner asal Batusangkar.
Melihat respon positif tersebut, tim pengabdian merencanakan tindak lanjut berupa pembentukan komunitas belajar digital marketing UMKM berbasis WhatsApp Group dan program mentoring daring dengan narasumber dari lingkungan kampus. Bentuk keberlanjutan ini tidak hanya memperluas dampak pengabdian, tetapi juga menjadi medium kolaborasi antara kampus dan pelaku usaha secara berkelanjutan.
Sebagai institusi seni, ISI Padangpanjang menunjukkan bahwa pengabdian tidak hanya berbentuk fisik atau bantuan materi, tetapi yang lebih esensial adalah pemberian pengetahuan yang aplikatif dan relevan. Dalam era di mana informasi bergerak cepat dan selera konsumen berubah dinamis, kegiatan semacam ini menjadi sangat penting untuk menjaga eksistensi dan keberlanjutan UMKM lokal. Dengan selesainya kegiatan ini, sebuah refleksi penting kembali ditegaskan: pendidikan tinggi bukan semata tempat produksi ilmu, tetapi juga ruang pengabdian yang harus hadir di tengah masyarakat. Melalui Workshop Digital Marketing Melalui Media Sosial ini, ISI Padangpanjang berhasil meretas batas antara ruang akademik dan ruang publik, menjadikan ilmu sebagai alat pemberdayaan, dan menempatkan dosen sebagai agen perubahan yang bekerja langsung di akar rumput. Di tengah tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi, pengabdian semacam ini adalah salah satu bentuk nyata dari komitmen untuk tidak sekadar mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menguatkan fondasi ekonomi lokal berbasis kreativitas dan teknologi.