FGD World Resources Institute Indonesia dan ISI Padangpanjang: Inovasi Kerajinan Anyaman untuk Pelestarian Adat dan Hutan di Hulu Sungai Subayang

Padangpanjang – Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat di sepanjang aliran Sungai Subayang, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Acara ini berlangsung pada 18 Oktober 2024 di kampus ISI Padangpanjang dan melibatkan para pemangku kepentingan, akademisi, serta pelaku seni dan budaya.

Dalam FGD ini, dibahas upaya pengembangan sumber penghidupan berkelanjutan melalui inovasi kerajinan anyaman, yang merupakan salah satu warisan budaya masyarakat adat setempat. Kerajinan anyaman, yang sejak lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di kawasan hutan Subayang, dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya pelestarian budaya sekaligus menjaga kelestarian hutan.

Direktur World Resources Institute Indonesia, dalam sambutannya, menekankan pentingnya keseimbangan antara pengembangan ekonomi masyarakat adat dan pelestarian lingkungan. “Kami melihat bahwa masyarakat adat di sepanjang Sungai Subayang memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha berbasis kearifan lokal, terutama melalui kerajinan anyaman yang menggunakan bahan-bahan alami dari hutan. Dengan menjaga kelestarian hutan, kita tidak hanya melestarikan sumber daya alam, tetapi juga budaya dan nilai-nilai adat yang turun-temurun,” ujarnya.

ISI Padangpanjang turut ambil bagian dalam upaya ini dengan memberikan dukungan dalam hal pengembangan desain inovatif dan peningkatan kapasitas para pengrajin lokal. Rektor ISI Padangpanjang yang diwakilkan oleh Wakil Rektor 1 Dr.Rosta Minawati, S.Sn.,M.Si menyampaikan bahwa institusi seni ini siap berkolaborasi untuk melestarikan seni anyaman tradisional, sekaligus mendorong inovasi dalam bentuk desain dan pemasaran agar produk-produk anyaman ini dapat bersaing di pasar yang lebih luas. “Seni dan budaya adalah aset bangsa yang tak ternilai. Melalui kerajinan anyaman, kami berusaha menjaga kelestarian adat, sembari memberikan solusi ekonomi bagi masyarakat adat di kawasan hutan.”

Sungai Subayang yang mengalir di kawasan Kampar Kiri Hulu, dikenal memiliki ekosistem hutan yang kaya dan berperan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat adat. Namun, ancaman deforestasi dan perambahan hutan menjadi salah satu tantangan utama dalam menjaga kelestarian alam dan budaya di wilayah ini.

Diskusi dalam FGD juga mencakup strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat adat melalui pendekatan keberlanjutan. WRI dan ISI Padangpanjang bersepakat untuk mendukung masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijak, serta mengembangkan inovasi produk anyaman yang ramah lingkungan. Dengan begitu, masyarakat adat dapat memperoleh manfaat ekonomi tanpa harus mengorbankan keberlanjutan lingkungan.

Kesimpulan FGD menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor, dari lembaga seni, organisasi lingkungan, hingga pemerintah daerah, untuk memastikan bahwa kesejahteraan masyarakat adat dapat ditingkatkan tanpa merusak ekosistem yang ada. Pengembangan kerajinan anyaman tradisional diharapkan dapat menjadi salah satu solusi konkret dalam menjaga kelestarian adat budaya sekaligus menjaga kelestarian hutan di wilayah Sungai Subayang.