DOKUEMENTER TRADISI MALAMANG “RITUS DAN PERAYAAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PADANG PARIAMAN”

Tradisi malamang merupakan suatu budaya yang telah tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat Minangkabau, khususnya masyarakat Padang Pariaman. Tradisi malamang juga sudah tercatat sebagai warisan budaya tak benda Indonesia (WBTbI) pada tahun 2021 yang memiliki domain adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan. Tradisi malamang merupakan cara memasak dengan menggunakan media bambu yang kemudian dibakar di atas bara api. Tradisi malamang pertama kali diperkenalkan oleh Syekh Buhanuddin kepada masyarakat Padang Pariaman pada saat beliau menyiarkan agama islam di daerah Ulakan. Hingga saat ini, tradisi malamang masih dijalankan oleh masyarakat Padang Pariaman yang menganut paham Tarekat Syathariyah, yaitu aliran islam tradisional yang di bawa oleh Syekh Burhanuddin. Tradisi malamang biasanya dilaksanakan pada kegiatan keagamaan di Padang Pariaman, seperti perayaan Maulid Nabi dan Upacara kematian. Dalam kalender masyarakat Padang Pariaman, tradisi malamang biasanya dilaksanakan pada bulan Maulid yaitu, bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal. Selain itu juga dilakukan pada bulan sya’ban, yang dalam kalender masyarakat Padang Pariaman dikenal sebagai bulan lamang.

Pendokumentasian Pengetahuan Maestro tradisi malamang, sesuai dengan tema yang telah ditetapkan yakni “Kearifan Lokal (Sandang, Pangan dan Papan) untuk Kekinian dan Masa Depan” maka saya meyakini tradisi malamang yang erat kaitannya dengan tradisi yang menghasilkan pangan bagi masyarakat Padang Pariaman yakni lamang yang merupakan kearifan lokal masyarakat Padang Pariaman serta maestro tradisi malamang (Kamal Guci) sangat relevan untuk didokumentasikan pengetahuannya. Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah pendokumentasian, pencatatan pengetahuan tradisi malamang yang saya beri judul Dokuementer Tradisi Malamang “Ritus dan Perayaan Sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Padang Pariaman”